Sabtu, 03 Januari 2009

Tradisi Gunung Kawi


Tradisi Adat yang Ada di Desa Wonosari
1. Tradisi Barik'an
Tradisi ini pertama kali diawali oleh Kanjeng R.M. Iman Soedjono yaitu setelah wafatnya Kanjeng Eyang Djoego yang jatuh pada hari Senin Pahing setiap bulan yang jatuh pada hari malam Senin Pahing, beliau selalu mengadakan sesaji dan slamatan untuk memperingati wafatnya Kanjeng Eyang Djoego, dan apabila pada bulan Selo acara ini akan di ikuti oleh seluruh penduduk desa Wonosari, biasanya acara Barik'an ini dilaksanakan pada pagi hari dihari Senin Pahing.
Acara slamatan Barik'an ini pada masa Kamituwo P. Tamu'I, diikuti oleh banyak penduduk yang pada akhirnya tempat acara slamatan diadakan dibagi menjadi dua, untuk penduduk Wonosari bagian padepokan kebawah sampai di Selotumpeng mengikuti Barik'an di padepokan, untuk penduduk daerah diatas padepokan kearah utara diikuti dusun Sumbersari ditambah kampung Sobrah dan sebagian masyarakat Pijiombo dan Kampung Baru dilaksanakan di Pesarehan.

Tradisi ini dimulai sejak wafatnya Kanjeng Eyang Djoego pada tahun 1871 oleh Kanjeng R.M. Iman Soedjono, hinggga sekarang acara slamatan Barik'an tetap berjalan dengan baik.
2. Tradisi Bersih Desa
Acara Bersih Desa ini pertama kali dilakukan pada era Kamituwo Mbah Karni yang dilaksanakan setiap bulan Selo, karena pada bulan itu kegiatan masyarakat sudah ada renggangnya misalnya pajak-pajak sudah terbayar, tidak ada orang yang mempunyai hajat, dan kegiatan-kegiatan lainnya tinggal menunggu hasilnya khususnya pada bidang pertanian.
Pada awalnya acara Bersih Desa ini pertama kali dilakukan dengan sederhana, yaitu dengan melakukan slamatan seadanya yang di ikuti seluruh penduduk dusun Wonosari, kemudian setelah berjalan beberapa waktu, lalu diadakan juga pagelaran Wayang Kulit yang dimulai pagi hari sampai dengan siang hari dengan ruwatan, dan juga pada malam harinya diadakan pagelaran Wayang Kulit biasa. Dalam menentukan pelaksanaan bersih desa, para Pinisepuh desa dan tokoh-tokoh masyarakat berkumpul untuk bermusyawarah memilihkan hari yang baik untuk bersih desa.
3. Slamatan Adat, Tolak Balak Bulan Sapar dan Slamatan Jembatan di Wonosari
Tradisi ini pada awalnya terjadi pada awal pendudukan Nipon atau jaman Jepang antara tahun 1944-1945 di Nusantara (Indonesia) khususnya pulau Jawa, terjadi bencana dengan menyebarnya wabah penyakit yang pes yang disebabkan oleh tikus, dan penyakit kolera begitu dasyatnya bencana itu, konon menurut cerita banyak orang yang mati yang disebabkan oleh wabah itu, hingga ada yang mengatakan pagi sakit sore meninggal, dan sore sakit pagi meninggal hingga waktu itu disebut dengan jaman Pagebluk.
Pada jaman Pagebluk, penyebaran penyakit pes dan kolera (epiderni) ini begitu meluas, yang terparah adalah di desa-desa, karena jauh dari dinas kesehatan oleh karena itu korban yang terbanyak adalah orang desa. Pada waktu itu orang-orang Jawa di desa percaya bahwa bencana Pagebluk itu terjadi karena Kanjeng Ratu Roro Kidul sebagai penguasa laut kidul (samudra hindia) sedang menyebarkan prajuritnya untuk mencari orang untuk dibawa kelaut kidul sebagai budak penguasa laut kidul, maka disebarkan penyakit pes dan kolera, sehingga dengan mudah mengambil jiwa-jiwa orang yang diperlukan.
Pada jaman itu begitu hebatnya penyakit itu sehingga menyebabkan banyak orang desa yang mengungsi, tidak berani berada di rumah atau tidur di dalam rumah hingga keadaan dusun menjadi sunyi sepi, dengan melihat keadaan yang memprihatinkan itu, para pamong beserta pinisepuh dan tokoh masyarakat dusun Wonosari, kemudian berkumpul untuk bermusyawarah mencari cara untuk menyelesaikan masalah yang sedang terjadi. Lalu disepakati oleh pamong, tokoh masyarakat dan pinisepuh untuk berprihatin dengan berpuasa memohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Selain itu juga menyuruh orang untuk pergi keorang-orang tua yang pintar dan mengerti. Akhirnya mendapatkan petunjuk untuk slamatan tolak balak yang harus dilaksanakan diperempatan dusun, dengan adanya petunjuk atau wangsit tersebut maka dilaksanakanlah slamatan tolak balak dengan di ikuti seluruh penduduk Wonosari beserta pamongnya pada bulan Sapar, dan dilaksanakan pada pagi hari.
Dari tahun ketahun tradisi slamatan tolak balak dibulan Sapar, terus dilakukan hingga pembangunan jembatan di dusun Wonosari sebelah selatan (stamplat) pada waktu terjadi sesuatu yang aneh, waktu jembatan terbuat dari kayu Glugu (pohon kelapa) setiap kali jembatan selasai dikerjakan, pada malam harinya runtuh hal tersebut terjadi berulang kali, hingga pada suatu hari lewat seorang yang bernama Aris dari desa Sumbertempur dan tiba-tiba Aris dan kudanya jatuh terplosok kebawah jembatan, setelah kejadian itu, selang dua atau tiga hari datang seorang dalang bernama mbah Wirindan, pada pagi-pagi hari sepulang dari mendalang di Sumber Manggis, tiba-tiba jatuh dan kesurupan, dimana beliau mengatakan harus slamati dan mengadakan kesenian tayub oleh among dan parapinisepuh, akhirnya dilaksankanlah slamatan dan kesenian andong (tayub keliling) dan itu terjadi tepat dibulan Sapar. Setelah itu jembatan tidak pernah runtuh lagi dan keadaan menjadi tenang.
Bertahun-tahun kemudian dengan dibukanya jalan raya dari Wonosari melalui dusun Bumirejo sampai ke Ngebyongan desa Tumpang Rejo, kendaraan roda empat bisa langsung masuk sampai dusun Wonosari Gunung Kawi (sebelumnya melewati dusun Gendogo dengan menaiki kuda), dikarenakan itulah jembatan dari kayu glugu perlu diperbaiki dan diperkuat sehingga oleh bapak kamituwo yang pada saat itu dipimpin oleh Bapak Tasmui jembatan dibongkar dan diperbaiki diganti dengan beton. Kemudian kejadian aneh terulang lagi, setiap siangnya selesai dibangun, malamnya runtuh lagi, masalah itu terjadi berulang kali hingga membuat pusing para pamong dan pemborong jembatan karena tak kunjung selesai. Akhirnya, disepakati para pamong desa dan para pinisepuh untuk berprihatin memohon wangsit dan petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, selang beberapa waktu, kemudian para pinisepuh mendapat wangsit, bahwa diatas jembatan harus diadakan slamatan setelah itu harus diadakan kesenian tari Remo dan tayuban didekat jembatan. Oleh para pamong acara itu diadakan tepat pada bulan Sapar bersama dengan acara slamatan tolak balak dusun Wonosari, setelah dilaksanakan slamatan dan kesenian tayub diatas jembatan akhirnya pembangunan jembatan bisa dibangun sesuai rencana. Demikianlah dusun Wonosari dengan segala tradisi dan adat istiadatnya yang telah berjalan puluhan tahun sampai sekarang.

1 komentar:

  1. Aky ROSO yg diberikan sma aky,tembus lagi ahirnya saya sudah buktikan 3x kemenangan main togel,jika anda sering kala main togel hub:Aky ROSO No.085398467518 atau klik >> http://httpaky-roso.blogspot.com/ selalu tepat dan terbukti.

    BalasHapus